Annual Report

Monday 16 June 2014

Peringatan 10 Tahun Ferry Salim Sebagai Duta UNICEF Indonesia

Oleh: Sarah Grainger

Ferry Salim ketika mengunjungi Aceh bersama UNICEF pada tahun 2012.
© UNICEF Indonesia/2012

JAKARTA, Juni 2014 – Aktor, model dan pengusaha Ferry Salim memperingati ulang tahun ke-10nya sebagai Duta Nasional UNICEF Indonesia.

UNICEF mendekati Ferry pada bulan Juni 2004, dan menanyakan apakah ia berkenan untuk mengadvokasikan hak-hak anak.

Sebagai seorang bapak dari tiga anak, ia langsung menyetujuinya.

Enam bulan kemudian, tsunami Samudra Hindia menghantam Sumatra Utara dan Thailand, Sri Lanka, India, serta banyak negara lainnya, memakan sekitar 230.000 korban jiwa.


“Saya ingat berdiri di sebuah pantai di Banda Aceh,” ucap Ferry. “Saya melihat ke arah kota, dan semuanya tampak rata.”

Ferry mengunjungi Banda Aceh dua minggu setelah tsunami, dan melihat langsung kerusakan yang terjadi serta upaya yang dilakukan UNICEF untuk menolong anak-anak yang terdampak bencana alam ini.

“Saya tidak menjanjikan apa-apa kepada warga setempat,” kata Ferry. “Saya hanya ke sana untuk menunjukkan bahwa saya mendukung mereka. Kami bernyanyi dan bermain musik, dan mencoba membawa harapan bagi para korban.”

Dari Sabang sampai Merauke

Ferry bersama anak-anak yang terdampak gempa di Yogyakarta pada tahun 2006.
© UNICEF Indonesia/2006/Estey
Kunjungan Ferry ke Aceh adalah salah satu pengalaman pertamanya bersama UNICEF. Sejak saat itu, ia telah bepergian dari Sabang sampai Merauke untuk mengunjungi  program-program UNICEF.

Pada tahun 2006, Ferry pergi ke Yogyakarta pasca gempa besar yang memakan 5.800 korban jiwa dan melukai ribuan lainnya.

“Saya ingat mengumpulkan mainan-mainan anak saya dan membawanya untuk diberikan kepada anak-anak di Yogya yang telah kehilangan semuanya,” ujarnya.

Ia bahkan sempat belajar sulap – seperti mengeluarkan bunga dari dalam topi – untuk membantu anak-anak mengatasi trauma mereka.

“Banyak ibu-ibu yang mau foto bareng saya,” ucapnya. “Tapi anak-anak hanya ingin dihibur, kita harus bisa membuat mereka tertawa.”

Kinerja Ferry dengan UNICEF tidak hanya terbatas pada situasi darurat. Ia juga melakukan kampanye vaksinasi untuk menghentikan epidemi polio. Selain itu, ia juga aktif dalam mendukung kampanye UNICEF untuk meningkatkan jumlah bayi yang mendapatkan ASI eksklusif  selama 6 bulan pertama mereka. Ia juga telah membantu UNICEF mengedukasi orang-orang muda tentang pencegahan HIV.

Ferry bersama anak-anak dan pemuda Wamena, Papua, pada bulan Juli 2013.
© UNICEF Indonesia/2013

Dedikasi Ferry terhadap peran ini juga melibatkan pengorbanan pribadi. Ketika ibunya meninggal tahun lalu, ia tengah berada di Papua untuk melihat program anti kekerasan UNICEF.

“Kondisinya sudah lemah sebelum saya berangkat,” ucapnya. “Saya mendapatkan berita bahwa ia telah meninggalkan dunia ini ketika dalam transit perjalanan pulang.”

Ferry merasakan sebuah kebanggaan dalam kerjanya bersama UNICEF, yang telah membantu menarik perhatian masyarakat terhadap isu-isu hak anak di Indonesia.

“Kini orang benar-benar tahu betapa baiknya kerja yang dilakukan UNICEF,” ucapnya.

------------

Baca juga: